Hadapi Asian Games, Pelti Juga Andalkan Christo Untuk Raih Medali

Hadapi Asian Games, Pelti Juga Andalkan Christo Untuk Raih Medali

លទ្ធផល​រូបភាព​សម្រាប់ Hadapi Asian Games, Pelti Juga Andalkan Christo Untuk Raih Medali

Jakarta – Setelah lolos dari degradasi di Grup II Piala Davis Zona Asia/Oceania, kini Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) berfokus ke Asian Games 2018. Di ajang itu mereka mematok satu medali.

Sebagai tuan rumah Asian Games, PP Pelti tak memiliki persiapan khusus. Pelti memercayakan kepada pengalaman Christopher Rungkat.

Saat ini, mereka masih berupaya mencetak penerus Christopher namun bukan untuk diprioritaskan di Asian Games, melainkan di ajang-ajang selanjutnya pada dua tahun mendatang.

“Kami menargetkan medali di Asian Games, Christopher kan main. Kita bicaranya Christo ada di Asian Games jadi punya potensi, bisa di double atau perorangan. Nomor ganda dia bagus bersama Justin Barki,” kata Ketua PP Pelti Rildo Ananda Anwar, kepada detikSport, Senin (9/4/2018).

Sebagai gambaran, peraih medali tenis di Asian Games 2014 Incheon didominasi oleh pemain-pemain asal Taiwan, China, India, dan Jepang. Khusus nomor perorangan putra, emas dikantongi petenis Jepang Yoshihito, perak dipegang Lu Yen-hsun (Taiwan), dan perunggu bersama (Jepang dan India).

Sedangkan nomor ganda putra, emas dikantongi pemain Korea Selatan, perak dari India, dan perunggu bersama dari Thailand dan India. Sementara, wakil Indonesia hanya mampu sampai babak ketiga nomor perorangan. Christopher kalah dari Yuki Bhambri (India) 3-6 3-6. Sementara David Agung terhenti di babak kedua setelah kalah dari petenis tunggal Di Wu (China) dengan skor 0-6 3-6. Hasil kurang sip juga dialami ganda putra dan tim putra saat di Asian Games 2014, mereka terhenti di babak kedua.

“Di Asian Games peluang kita berat sekali makanya ini menjadi pekerjaan rumah kami,” kata Wakil Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Wakabid Binpres) PP Pelti Deddy Prasetyo, terpisah.

“Tetapi tenis itu prosesnya lama, butuh kurang lebih 5 tahun untuk pembinaan. Tidak bisa sekarang seleksi kemudian besok juara,” ujarnya.

“Dalam 1 tahun harus ada 80 pertandingan yang dihadapi, idealnya 27 turnamen dalam satu tahun. Itu pelti yang harus biayai bisa bangkrut Pelti makanya harus individu. Lalu solusinya apa? Ya, lapangan tenis di Jakarta dibongkar semua ya tidak bakal maju harus dibangun dulu infrastrukturnya,” katanya.