Menikmati ‘Menteri Susi vs Bajak Laut’ di Tembok Kota Solo

Menikmati ‘Menteri Susi vs Bajak Laut’ di Tembok Kota Solo

Solo – Ada yang menarik ketika melewati sudut perempatan Nonongan, Kecamatan Serengan, Solo. Di luar sebuah rumah makan terlihat beberapa pemuda sedang asyik mencorat-coret tembok. Coretan yang dihasilkan merupakan sebuah karya seni yang apik, yaitu mural.

Memang sejak pergantian tahun 2017 sudah terpampang mural di lokasi tersebut. Namun untuk memperingati HUT ke-72 kemerdekaan Republik Indonesia (RI), para seniman mural menggantinya dengan konsep bertema nasionalisme.

Hasilnya, terlihat gambar kedua bapak proklamator kemerdekaan RI. Potret wajah Bung Hatta berukuran besar terlihat sedang tersenyum. Sedangkan Bung Karno tampak tengah berorasi di depan rakyat Indonesia.

Di sebelah timur gambar proklamator, terlihat wajah Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan wajah garang dan mengenakan aksesoris khas superhero Wonder Woman. Tangannya menunjuk ke arah tokoh bajak laut dalam film Pirates of The Caribbean.

“Kita kemas sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Kalau dulu VOC merampas hasil bumi, sekarang negara lain menjajah hasil laut. Tokoh Susi ini kan dikenal tegas dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia,” ungkap salah satu seniman mural, Sonny Hendrawan.

Di atas mural proklamator, terdapat tulisan ‘Indonesia Never Again The Life Blood of Any Nation’. Kalimat dalam bahasa Inggris itu persis dengan grafiti di sudut-sudut kota pada pascakemerdekaan 1945.

Saat ini, pengerjaan mural masih belum selesai. Diperkirakan, proyek mural akan rampung pekan depan.

“Ini dimulai enam hari yang lalu. Pengerjaannya kira-kira butuh waktu 10 hari. Kita mulai sekitar jam delapan malam sampai pagi. Kalau catnya butuh sekitar 10 kaleng,” ungkap Sonny, Jumat (18/7/2017) malam.

Seniman dan budayawan, Sardono W Kusumo, sebagai penggagas sekaligus pemilik lokasi, mengatakan mural atau street art dapat memberi dampak positif, terutama bagi pemuda yang hobi mencorat-coret tembok.

“Jadi ada proses edukasi dalam kegiatan mural itu. Kalau tembok itu digambar dengan serius dan bagus, akhirnya anak-anak muda terdidik juga. Buktinya selama delapan bulan tidak ada orang yang corat-coret di sini. Karena mereka tahu ini bagus,” ujar Sardono.